Tuhan yang Maha Esa
alangkah tegangnya
melihat hidup yang tergadai
fikiran yang dipabrikkan
dan masyarakat yang diternakkan
Malam rebah dalam udara yang kotor
Di manakah harapan akan dikaitkan
bila tipu daya telah menjadi seni kehidupan?
Dendam diasah di kolong yang basah
siap untuk terseret dalam gelombang edan
Perkelahian dalam hidup sehari-hari
telah menjadi kewajaran
Pepatah dan petitih
tak akan menyelesaikan masalah
bagi hidup yang bosan
terpenjara dan tanpa jendela
Tuhan yang Maha Mengerti
alangkah tak masuk akal
jarak selangkah
yang bererti empat puluh tahun gaji seorang buruh
yang memisahkan sebuah halaman
bertaman tanaman hias
dengan rumah-rumah tanpa sumur
Hati manusia telah menjadi acuh
panser yang angkuh
traktor yang dendam
Tuhan yang Maha Rahman
ketika air mata menjadi gombal
dan kata-kata menjadi lumpur becek
aku menoleh ke utara dan ke selatan
di manakah Kamu?
Di manakah tabungan keramik untuk uang logam?
Di manakah kejujuran?
Di manakah peradaban?
Ya, Tuhan yang Maha Adil
harapan kosong
optimisme hampa
Hanya akal sehat
dan daya hidup
yang menjadi peganganku yang nyata
Ratapan Anak Jakarta
uday, Sunday, May 4, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Comments :
Post a Comment