Ah, bodohnya aku...
Mengapa keajaiban kecil ini
mempertemukan kita di dunia tak pasti
Saat semula ku lentikan jari kecilku ini
diatas keyboard yang berdebu
Tak pernah terlintas sedikitpun dalam benakku
Kenapa jua aku menantimu
Menanti kepastian, yang tak pernah jemu
Pernah kau beri dengan tangan hatimu
yang tak pasti kabar ceritamu
Dan kau beri rindu semangat hidupku
Ah, lemahnya aku...
Mengapa jua aku berdiri di ruang hampa tanpa tepi
Menanti sandaran hati bayang mimpi
Bila kaulah sandaran hati
Tak pernah berarti rinduku ini
Menanti setiap detik suara lembutmu
Manis bibirmu
Menanti harum pekat wangi tubuhmu
Ah, mengapa jua...
Aku terjerat sepi di sini
Terikat janji yang kau beri
Inikah yang kau beri
Benarkah ini jalan yang pasti
Bila langit merestui
Bolehkah aku mendengar suara hati
Ah, bodohnya aku...
Menghirup rindu yang kau beri
Mematikan denyut jantungku
menyesakkan dada ini
menjerat setiap hembusan nafasku
Ah, tololnya aku...
Mengapa ku bisa terlena mata indahmu
Yang kau kedipkan padaku
Yang kau pejamkan untukku
Hingga tak bosan jariku
Menari memuja-muja hadirmu
yang terlihat manis menebar senyummu
Indah di benak maya mimpi tidurku
Ah, entah kenapa...
Aku begitu menantimu gadis mayaku
Aku ingin berbagi rindu denganmu
Tak jua rasa nikmatnya merindukanmu
Biarlah aku mengagumimu
Setiap detak jantung hidupku
Sampai jam dinding kabarkan kebosanan
Tapi siapa yang sanggup
Tunjukan arah pulang hati ini
Yang terjerat kata indahmu
Ah, kekasih mayaku...
Hingga tak bosan aku berkhayal
Menahan rindu yang kau beri
Sampai laksana bulan
memuja dirimu
Bidadari maya mimpi malamku
Sedang menanti kelam rinduku ini
Ah, hanya sebuah mimpi...
Laksana berjalan diatas patamorgana
Di bawah terik matahari
Diatas gurun yang tandus
Dikala malam tiba
Yang di setiap senja pagi
menanti hadirnya senyummu
Didepan screen tua
yang setia menemaniku
Ah, kenapa ku tak bosan memujamu...
Walau setiap ku ukir bayangmu
Jiwaku menjadi roboh, pedih, perih
Bagai ribuan busur panah
Menujam hati kecilku ini
Hanya gurau melupakan duka
Hanya canda menghiasi tawa
karena hati menyimpan rindu
Melebur didalam sanubariku
Ratusan jam sudah terlalui
Apa yang ingin di dusta
Dalam bening mata
Tak bisa sembunyi berpura
Walau perih tuk merindu
walau angan bah samudra
walau rindu tak tercapai
Walau mungkin tak tergapai
Ah, manisnya buah hatiku...
Habis sudah, kerajaan jantan hati ini
kau ubrak-abrik dengan tutur katamu
dengan tajam rindu yang kau beri
Kau sayat-sayat batin ini
dengan sebilah pedang kasih sayang
Yang kau asah dengan langit
dan laut birunya hatimu
Setajam awan, pedang kasih sayang itu
Terukir manis lembut rayumu di sana
Dengan derai air mata hatiku
Dengan ayun ambing merdu suaramu
larutkan aku dalam arus waktumu
Yang kau isi dengan kasihmu
Perjumpaan di Dunia Maya
uday, Wednesday, July 23, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Comments :
Post a Comment